Upacara Turun Mandi, Tradisi Syukuran Di Minangkabau Atas Kelahiran Anak

· 2 min read
Upacara turun mandi

Upacara Turun Mandi – Kita tentunya sudah tidak merasa heran lagi jika mendengar ragam adat dan Budaya yang ada di Sumatera Barat, karena memang menjadi kekayaan potensial dari dan untuk masyarakat Minangkabau. Salah satu Upacara Adat Minangkabau yang terkenal diantaranya adalah Tradisi Turun Mandi.

Secara sederhana, Pengertian Turun Mandi adalah upacara bermakna syukuran atas kelahiran seorang bayi di suatu keluarga. Selain itu, dijadikan pula ajang dalam memperkenalkan bayi yang baru lahir kepada masyarakat setempat. Lalu, bagaimana sejarah, tata cara serta fungsinya? Simak ulasan ini sampai selesai.

Untuk soal asal-usul atau Sejarah Tradisi Turun Mandi di Minangkabau ini sendiri memang tidak terdapat informasi yang akurat, baik mengenai siapa pencipta pertamanya ataupun kapan awalnya dimulai. Namun yang pasti, tradisi Budaya ini telah ada sejak zaman nenek moyang dahulu.

Syarat Upacara Turun Mandi

Meski sebagai bentuk ungkapan rasa syukur dari keluarga atas kelahiran seorang bayi, namun prosesi ini sejalan dengan sunnah Nabi Muhammad SAW. Dalam melaksanakan tradisi ini, juga harus memenuhi beberapa syarat, dan biasanya berbeda di tiap-tiap daerah. Namun secara umum adalah sebagai berikut :

  • Jika bayi tersebut laki-laki, maka acaranya diadakan di hari ganjil dari hari kelahiran sang bayi. Jika perempuan, maka pelaksanaannya adalah hari genap
  • Prosesinya dilakukan di sungai, Tradisi turun mandi bayi digendong oleh orang yang membantu persalinan, misalnya bidan desa atau perawat
  • Menyediakan Batiah Bareh Badulang, atau Beras yang digoreng. Lalu, dibagikan ke anak-anak kecil sebagai tanda perkenalan dengan mereka, agar nanti kelak menjadi teman-temannya
  • Ada pula Sigi Kain Buruak, atau obor yang dibuat dari kumpulan kain yang sudah robek. Obor ini dibakar dari rumah dan dibawa menuju sungai. Makna dari obor ini adalah bahwa ketika si bayi sudah besar, maka tidak ada hambatan dalam menuntut ilmu
  • Kemudian Tampang Karambia Tumbua, atau bibit pohon kelapa yang sudah tumbuh dan siap untuk ditanam. Nantinya ketika ibu dan anak sudah berada di air tempat pemandian, kelapa tersebut kemudian dijatuhkan dari hulu, kemudian si ibu menangkapnya saat kelapa mendekati si anak. Kelapa tersebut dibawa ke rumah dan di tanam, menjadi simbol bekal si anak ketika dewasa
  • Harus ada pula Tangguak, yakni jaring berbentuk lingkaran yang digunakan untuk menangkap ikan. Tangguak ini berfungsi untuk mengambil batu sebanyak 7 buah dari dalam sungai, kemudian dibawa pulang dan ditanam bersama dengan bibit kelapa tadi dalam satu lobang galian
  • Kemudian ada pula Palo Nasi, atau nadi yang diletakkan di atas, dicampur dengan arang dan darah ayam. Palo nasi ini berguna untuk mengusir makhluk halus yang ingin ikut merayakan upacara. Palo Nasi disiapkan sebanyak 3 bejana. 2 diletakkan di jalan menuju sungai, 1 dibawa ke sungai langsung.

Itulah beberapa Syarat melaksanakan Tradisi Turun Mandi di Sumatera Barat secara umum. Tetapi di daerah tertentu, mungkin terdapat sedikit perbedaan. Segala persiapan yang menjadi syarat wajib harus disediakan sebelum acara dimulai.

Baca Juga : Upacara Adat Tabuik

Tata Cara Turun Mandi

Marimembaca.com

Setelah mengetahui syarat-syarat yang harus dipersiapkan, maka saatnya kita beranjak ke beberapa tata cara pelaksanaannya. Ada beberapa tahap yang akan dilakukan, diantaranya adalah sebagai berikut :

  1. Pertama, Palo Nasi dicampur dengan arang dan darah ayam, kemudian dua bejana diletakkan di tempat yang sudah ditentukan, dan satunya lagi dibawa hingga ke tempat pemandian
  2. Kedua, Upacara turun mandi dapat dilakukan setelah anak berumur 40 hari, ini dilakukan di beberapa daerah, tetapi tidak semuanya seperti itu. Ada pula yang dilakukan sebelum anak berusia 3 bulan
  3. Setelah pemandian selesai, bibit kelapa yang sudah disiapkan kemudian dihanyutkan dari hulu, lalu ditangkap oleh sang ibu ketika kepala mendekati bayi
  4. Setelah itu, dilakukan pengambilan batu menggunakan Tangguak tadi
  5. Bibit kepala di tanam di sekitaran rumah, dan batu yang berjumlah 7 buah ini menjadi penyumbat tanah galian untuk bibit kelapa tersebut
  6. Setelah semua acara selesai, maka pihak keluarga dan para tamu serta masyarakat akan menikmati hidangan Makan Bajamba yang telah disediakan pihak keluarga.

Pada awal kemunculannya, upacara Turun Mandi hanya dilakukan di sungai dan pincuran air, atau disebut dengan “Luhak”. Namun karena sekarang sudah sulit mencari pincuran, upacara tradisi ini bisa dilakukan di rumah saja, yang penting niat kita sudah sampai.

Baca Juga : Makan Bajamba, Tradisi Santap Bersama Yang Meriah

Makna Turun Mandi

Di setiap upacara adat yang diciptakan oleh nenek moyang terdahulu, sudah pasti diselipkan tujuan dan manfaatnya masing-masing. Semua itu dilakukan supaya setiap kegiatan memiliki makna dan fungsinya yang bisa kita petik. Berikut beberapa Makna Turun Mandi Minangkabau :

Bersyukur

Sebagai manusia, kita diharuskan untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat dan karunia yang diberikan oleh Allah SWT, termasuk ketika dikaruniai seorang anak. Nah, tradisi ini menjadi kegiatan yang pas ajang dalam mengekspresikan rasa syukur.

Menjaga Kekayaan Budaya

Makna atau Fungsi Turun Mandi yang kedua adalah sebagai upaya dalam merawat dan melestarikan kebudayaan yang ada, ditengah hiruk-pikuk modernisasi. Bahkan, syarat wajib upacara memandikan bayi di sungai bisa diganti di rumah, asalkan tradisi tidak terhenti tetap berjalan.

Silaturahmi

Salah satu tujuan pokok dari tradisi ini adalah untuk memperkenalkan kepada masyarakat bahwa salah satu bayi telah lahir ditengah-tengah mereka. Selain itu, juga mempererat tali silaturahmi sesama anggota masyarakat karena juga diadakan makan dan bercengkrama bersama.

Baca Juga :

Penutup

Demikianlah, ulasan singkat kali ini mengenai Ulasan tentang Upacara Turun mandi yang ada di Sumatera Barat, beserta tata cara, syarat dan makna yang ada dalam tradisi ini. Semoga bermanfaat.