15+ Cerita Rakyat Sumatera Barat, Dari Malin Kundang Hingga Danau Singarak

· 7 min read
Cerita rakyat Sumatera Barat

Cerita Rakyat Sumatera Barat – Selain terkenal dengan adat, Budaya dan kulinernya yang mendunia, Minangkabau juga dikenal dari beberapa Cerita rakyat yang sudah melegenda di tanah air, sebut saja seperti cerita Malin Kundang, Siti Nurbaya, legenda danau kembar, legenda terbentuknya danau Singkarak, dan masih banyak lagi.

Bahkan, ada beberapa yang sudah diangkat ke layar lebar, novel, buku dan dijadikan sebagai bahan edukasi di dunia pendidikan, salah satunya adalah cerita Malin Kundang si Anak Durhaka. Di samping itu, setiap Cerita Rakyat cerita rakyat dari Sumatera Barat ini selalu ada pesan dan hikmah yang bisa kita ambil, untuk dijadikan pelajaran.

Cerita Rakyat Sumatera Barat Yang Populer

Berbicara mengenai Cerita Daerah atau legenda Nusantara, kita akan sering dihadapkan oleh hal-hal yang sebenarnya hampir tidak masuk akal. Namun, karena informasi yang didapat secara turun-temurun memang seperti itu, bagaimanapun kita harus mampu mengambil hikmah dan arti yang dikandung didalamnya.

Terlebih, cerita-cerita rakyat ini telah menjadi kekayaan tersendiri untuk bangsa Indonesia, sekaligus menjadi bukti bahwa berbagai kejadian di masa lalu, mampu memberi gambaran dan deskripsi akan tercipta sesuatu. Berikut, beberapa cerita rakyat daerah Sumatera Barat yang populer dan sangat terkenal.

Cerita Malin Kundang

Cerita rakyat Sumatera Barat
Okezone.com

Pastinya kamu sudah tidak asing lagi dengan cerita yang satu ini, yakni kisah anak durhaka yang tidak mengakui ibu kandungnya ketika ia sudah menjadi bangsawan kaya raya. Dia pun dikutuk menjadi batu oleh ibunya, dan kini situs batu tersebut menjadi objek wisata di Pantai Air Manis, kota Padang.

Dikisahkan pada zaman dahulu, hiduplah seorang pemuda dengan ibunya di sebuah desa. Hidup mereka sangat miskin, bahkan untuk makan sehari-hari saja sangat susah. Ayahnya telah wafat dan dia adalah anak tunggal. Singkat cerita, si anak yang bernama Malin ini memutuskan untuk pergi merantau untuk merubah nasib keluarganya.

Setelah mendapat izin dari sang ibu, berangkatlah Malin menuju negeri seberang. Sudah sekian lama, sang anak tak kunjung pulang, kerinduan di hati sang ibu membuat dia selalu mengunjungi pelabuhan, dan bertanya ke setiap kapal yang singgah, apakah kapal tersebut membawa anaknya atau tidak. Kapal demi kapal ditanyai, namun tak kunjung menemui anaknya.

Sedangkan sang anak, ternyata telah menikah dengan seorang putri dari raja yang kaya raya, mereka hidup dalam naungan harta benda yang melimpah. Kebahagiaan dianugerahi Tuhan atas mereka. Sebab kilau harta duniawi ini, sang anak akhirnya lupa dengan nasib ibunya yang kesusahan dan tertatih-tatih menunggu kepulangan anaknya.

Pada suatu hari, tiba masanya bagi mereka untuk mengunjungi desa tempat tinggal Malin. Setelah sampai, sang ibu mendapat kabar bahwa ada kapal yang berlabuh dan anaknya ada di sana. Bergegaslah ibu tua itu menuju pesisir pantai. Benar saja, sang ibu yang tua bangka tersebut tersenyum berseri melihat wajah anaknya yang sudah lama hilang di pandang mata.

Malin dipluknya. Namun, hal berbeda terjadi. Alih-alih menyambut pelukan hangat sang ibunda, Malin malah menolak dan mendorong ibunya hingga tersungkur ke pasir. Berkali-kali ibunya mencoba bangkit, tetap saja kembali terjatuh karena dorongan anaknya. Betapa hancur hati sang ibu, putra satu-satunya ternyata tak lagi mengakui dirinya sebagai ibu kandungnya.

Hati yang semula gembira akhirnya hancur lebur seketika. Orang yang ditunggu bertahun-tahun telah pulang, tapi malah menorehkan luka yang amat dalam di hati sang ibu. Kapal-pun pulang dan berlayar, orang-orang sudah balik ke rumah masing-masing, sedangkan sang ibu masih tersungkur di tanah dengan air mata yang berguyur.

Ketika sadar, sang ibu dengan perasaan hancur mengadukan nasibnya kepada Tuhan, seraya berdo’a :

“Ya, Tuhan, kalau memang dia bukan anakku, aku maafkan perbuatannya tadi. Tapi kalau memang dia benar anakku yang bernama Malin Kundang, aku mohon keadilanmu, Ya Tuhan!” ucapnya pilu sambil menangis.

Benar saja, langit yang tadinya cerah tiba-tiba mendung, badai pun datang dan menghantam kapal Malin Kundang, diiringi petir yang menggelegar. Tak butuh waktu lama, kapal Malin hancur berkeping-keping, berubah menjadi batu. Begitu pula sebongkah batu yang menyerupai seorang manusia yang tengah bersujud. Konon, batu itu adalah sosok Malin Kundang.

Cerita Siti Nurbaya

Cerita rakyat Sumatera Barat
Wartawisata.id

Cerita Rakyat Sumatera Barat selanjutnya adalah kisah Siti Nurbaya, sebuah novel populer karya Marah Rusli yang diterbitkan tahun 1922 oleh Balai Pustaka. Kisah ini menceritakan tentang kasih yang tak sampai antara Siti Nurbaya dengan pujaan hatinya Samsul Bahri, karena dipaksa menikah dengan Datuk Maringgih sebab terlilit hutang.

Dikisahkan bahwa, Siti Nurbaya merupakan seorang gadis cantik jelita, santun tutur katanya dan lahir dari saudagar kaya ketika itu. Di sisi lain, Samsul Bahri adalah pria tampan nan baik hati, anak dari seorang penghulu yang disegani, dan datang dari keluarga terpandang. Singkat cerita, mereka berdua saling jatuh cinta dan akhirnya memadu kasih.

Tak lama menjalin kasih, mereka harus berpisah karena Samsul Bahri harus melanjutkan pendidikannya ke tanah Jawa. Sekian lama waktu berlalu, semua masih romantis. Surat-menyurat menjadi pengobat rindu diantara mereka. Sampai akhirnya ayah Siti Nurbaya bangkrut dan akhirnya jatuh sakit.

Ekonomi yang kian memburuk memaksa ayahnya untuk berhutang kepada seorang saudagar kaya bernama Datuk Maringgih. Lama-kelamaan, hutang-pun kian menumpuk. Tibalah masanya bagi Datuk Maringgih untuk menagih piutangnya. Setibanya di rumah Siti, Datuk terpesona melihat kecantikan wanita itu.

Datuk Maringgih akhirnya menawarkan untuk meminang anak gadisnya, sebagai ganti pembayar hutang. Tak bisa berbuat banyak, ayah Siti dengan terpaksa menerima tawaran Datuk, meskipun Siti Nurbaya menolak dengan semampunya. Tapi nasj sudah jadi bubur, tak ada cara lain untuk melunasi hutang-hutang mereka selain menikah dengan Datuk Maringgih, yang usianya sebaya dengan ayahnya.

Tak lama berselang, kabar ini sampai ke telinga Samsul Bahri, yang sedang berada di Jakarta. Dia langsung memutuskan untuk pulang ke Padang dan bertemu dengan Siti Nurbaya. Ketika diketahui oleh Datuk Maringgih, dia langsung marah dan menyebarkan fitnah, sehingga dia diusir oleh ayahnya dan kembali ke Jakarta dengan segera.

Perasaan yang masih belum tenang akhirnya menemukan ide. Dia menyamar menjadi tentara kumpeni Belanda, dengan nama samaran Letnan Mas. Sementara di kota Padang, Datuk Maringgih akhirnya menjadi benci kepada Siti Nurbaya. Kemudian dia memberikan lemang beracun melalui pesuruh untuk diberikan kepada Siti Nurbaya. Tragis, Siti Nurbaya menemui ajalnya setelah memakan lemang itu.

Singkat cerita, Samsul Bahri yang menyamar menjadi Letnan Mas berperang satu lawan satu dengan Datuk Maringgih karena tragedi Balesting, dimana saudagar-saudagar pribumi tidak mau membayar upeti di bawah pimpinan Datuk Maringgih. Pertempuran itu akhirnya tewas, begitu pula dengan Datuk Maringgih.

Kisah di atas adalah bukti bahwa kasih tak selalu sampai. Semoga juga, tak ads lagi orang yang seperti Datuk Maringgai ini. Untuk mengenang cerita tersebut, dibangunkan sebuah jembatan bernama Jembatan Siti Nurbaya, yang menjadi salah satu ikon Kota Padang hingga saat ini.

Legenda Danau Kembar

Legenda danau kembar Sumatera Barat
Ksmtour.com

Cerita Rakyat Sumatera Barat selanjutnya adalah tentang danau kembar (danau atas & danau bawah) yang berlokasi di dua kecamatan, yakni Kecamatan Lembang Jaya dan Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat. Danau ini merupakan salah satu destinasi wisata favorit di provinsi ini.

Dibalik keindahan danau dan keeksotisan alam disekitarnya, ternyata menyimpan sebuah legenda yang menjadi asal-usul terbentuknya danau kembar ini. Berikut sedikit ulasannya.

Dikisahkan pada zaman dahulu, hiduplah seorang kakek (niniak) yang bernama Niniak Gadang Bahan, dia sehari-hari bekerja sebagai tukang pembuat papan, dari hasil kayu yang ditebangnya. Badannya tegap, besar dan tinggi, serta memiliki kapak / beliung (Bahan) yang berukuran sebesar Nyiru, yakni alat yang digunakan untuk menampi beras di Minangkabau.

Meski berbadan besar dan tinggi, Niniak hanya makan sekali dalam seminggu. Tapi sekali makan, bisa menghabiskan makanan dalam jumlah banyak. Niniak mengolah kayu langsung di hutan tempat ia menebang , kemudian membawanya ke pasar dalam bentuk papan untuk dijual. Dari sinilah ia menghidupi keluarganya.

Suatu hari, Niniak Gadang Bahan kembali pergi ke hutan untuk membuat papan. Di tengah perjalanan, dia dihadang oleh sesuatu yang besar, hingga menutup pandangannya. Ternyata sesuatu itu adalah sosok ular naga yang besar. Niniak coba menghalaunya, namun naga tersebut hanya diam bahkan balik melawan.

Akhirnya, terjadilah pertarungan antara Niniak Gadang dengan ular naga itu. Melihat sang naga yang agresif, akhirnya Niniak mulai memainkan Bahan (Beliung) yang ia bawa. Dari sini jugalah keluarnya pepatah legendaris Minangkabau yang berbunyi “Lawan pantang dicari, kalau bertemu pantang mengelak”.

Niniak pun melancarkan serangan, kemampuannya dalam memainkan Beliung serta gerakan-gerakan silat yang sudah dikuasainya, mampu membuat naga besar itu jatuh tersungkur dan akhirnya menyerah. Lehernya hampir putus terkena tebasan Beliung milik Niniak, hingga Naga kehabisan darah. Akhirnya, Niniak Gadang melempar naga itu ke sebuah lembah.

Setelah ditinggalkan beberapa lama, Niniak kembali mendatangi lembah tempat naga tersebut dia buang. Alangkah kagetnya dia ketika melibat si Naga yang tidak mati, naga itu melambangkan badannya dengan membentuk angka delapan. Darah dari lehernya terus keluar deras hingga memerahkan daerah sekitar lembah.

Menyaksikan keanehan ini, daerah tersebut akhirnya menjadi daya tarik bagi si Niniak hingga warga sekitar. Namun lama kelamaan, tubuh sang Naga perlahan tertimbun oleh tanah, dua lokasi yang berada dalam lingkaran naga itu digenangi air dan membentuk dua danau kecil. Seiring berjalannya waktu, danau itu kian membesar hingga menghasilkan danau yang indah.

Baca Juga : Sejarah Rumah Adat Minangkabau

Legenda Terbentuknya Danau Singkarak

Legenda Minangkabau terpopuler
Posmetropadang.co.id

Cerita Rakyat Sumatera Barat berikutnya datang dari legenda atau asal muasal terciptanya Danau Singkarak, danau terluas kedua di pulau Sumatera yang berlokasi di dua kabupaten, yakni Solok dan Kabupaten Tanah Datar. Danau indah ini menjadi salah satu tujuan wisata di Sumbar. Lalu, bagaimana cerita dibalik terbentuknya danau ini? Berikut, legendanya.

Dahulu kala, hiduplah sepasang suami istri dengan seorang anak bernama Indra. Keluarga ini tinggal di sebuah gubuk kecil di tepi persawahan. Sehari-hari, Pak Buyung menelusuri dan mengumpulkan hasil-hasil hutan, serta mencari ikan di sungai untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Putra mereka, Indra, sangat senang membantu pekerjaan kedua orangtuanya, sehingga mereka bangga dan merawat Indra dengan sepenuh hati. Namun, ada hal janggal dari pria ini, yakni pola makan yang sangat banyak. Dia sanggup menghabiskan setengah bakul nasi dan beberapa ekor ikan dalam sekali makan.

Suatu hari, datanglah masa paceklik. Mau tidak mau orangtua Indra harus bisa berhemat. Ketika Indra meminta makan, ayahnya menyuruh dia untuk pergi mencari makan ke hutan. Indra-pun pergi. Namun sebelum berangkat, dia memberi makan ayam peliharaannya yang bernama Taduang.

Ketika pulang, hari sudah siang. Namun Indra tidak membawa apa-apa. Setelah beristirahat sejenak, dia pun melanjutkan mencari sesuatu ke laut. Ibunya pun berangkat mencari sesuatu ke Tanjung, kemudian mendapatkan banyak kerang dan dia bawa ke rumah. Namun, ayahnya ragu kalau semua kerang ini tidak akan cukup untuk mereka, mengingat Indra yang makannya banyak.

Kemudian Pak Buyung berinisiatif agar memakan kerang ini diam-diam bersama istrinya. Sesampainya Indra di rumah, hari sudah malam, namun ia masih pulang dengan tangan kosong. Dia sangat lapar. Ketika pergi ke dapur, ia melihat kedua orangtuanya sedang tertidur pulas di ruang dapur, dengan piring-piring yang berantakan. Hatinya sangat sedih dan terpukul.

Melihat hal tersebut, Indra pun berlari keluar gubuk sembari menangis. Taduang yang melihat tuannya menangis itu berkokok berkali-kali, kemudian mengepak-ngepakkan sayapnya hingga ia bisa terbang. Melihat hal itu, Indra-pun segera berpegangan ke kaki Taduang.

Ajaibnya, batu tempat Indra duduk ikut terangkat dan lama-kelamaan jadi membesar. Setelah terbang beberapa saat, batu yang kian membesar itu akhirnya melesat dan menabrak suatu bukit di sekitaran laut. Hantaman tersebut membentuk lobang yang memanjang, kemudian dengan cepat air laut masuk dan memenuhi lobang itu.

Aliran itu akhirnya membentuk sungai. Inilah sungai yang saat ini kita kenal dengan nama Sungai Batang Ombilin. Setelah sekian lama air laut memenuhi lobang itu, akhirnya semakin membesar dan membentuk danau, yang kita bernama Danau Singkarak.

Cerita Rakyat Sumatera Barat Lainnya

Sebenarnya, masih ada banyak Legenda Minangkabau yang tidak bisa saya ceritakan satu-persatu, ini juga berhubungan dengan keterbatasan informasi yang saya dapatkan. Selain itu, cerita yang sudah berusia tua tersebut makin lama makin sedikit yang mengetahuinya, akhirnya informasi yang ada tidak banyak dimuat.

Beberapa Cerita Rakyat Sumatera Barat tersebut diantaranya berjudul :

  • Hikayat Sabai nan Aluih 
  • Asal-Usul Nama Minangkabau
  • Ikan Sakti Sungai Janiah (Sungai Jernih)
  • Kisah Sutan Pangaduan
  • Legenda Siamang Putih
  • Anggun Nan Tongga
  • Kisah Batu Ajuang Batu Peti
  • Bujang Paman
  • Lebai Malang
  • Malim Demam
  • Legenda Asal Usul Danau Maninjau

Baca Juga : Upacara Adat Sumatera Barat

Penutup

Insya Allah, kedepannya akan saya buatkan artikel dari masing-masing cerita di atas. Semoga saya bisa mendapatkan informasi yang lebih dalam dan valid. Demikianlah, ulasan singkat kali ini mengenai Kumpulan Cerita Rakyat Sumatera Barat untuk pembaca semua. Semoga ulasan di atas bisa bermanfaat dan menjadi referensi utama. Terima kasih.